Kuningan, MI.comm – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sirnabaya Mandirancan sudah berkontribusi terhadap pendapatan asli desa atau PADes Desa Mandirancan, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan. Kontribusi itu berasal dari pengeloaan WiFi (Wireless Fidelity).
WiFi adalah teknologi jaringan nirkabel yang memungkinkan perangkat seperti komputer, ponsel, dan tablet terhubung ke internet tanpa menggunakan kabel.
Kepala Desa Mandirancan, Didi Asmadi, di ruang kerjanya, Senin (16/6/2025) menjelaskan, bahwa benar kontribusi dari BUMDes berasal dari pengelolaan WiFi yang sudah berjalan sejak tahun 2019 lalu.
Pengadaan WiFi sendiri memanfaatkan bantuan keuangan dari dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2019 lalu sebesar Rp.100 Juta, ditambah dari dana desa sebesar Rp.50 Juta. “Alhamdulillah saat ini sudah memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli desa sekitar Delapan hingga Sepuluh juta rupiah,” ungkap Kuwu Didi Asmadi.
“Bantuan itu datang ketika masyarakat membutuhkan alat komunikasi, apalagi pada tahun 2020 lalu saat terjadi pandemi Covid-19, alat komunikasi berupa ponsel sangat dibutuhkan. Pasalnya saat itu untuk menghindari pandemi Covid-19, para siswa harus belajar di rumah atau WFH, sedangkan untuk membeli quota pulsa bisa dibilang mahal oleh sebagian masyarakat yang kurang mampu,” ungkap Didi Asmadi.
Baca juga :
- TdL 2025 Gandeng Sponsor Utama PT Ajib Grup
- Kalahkan Flumenesse 2 – 0, The Blues ke Final Piala Dunia Antarklub 2025
- Buntut Bayi Meninggal, RSUD Linggajati Disomasi
Ia pun mengungkapkan, bahwa program mengelola WiFi, saat ini mendapat saingan berat dari WiFi yang dikelola BUMN, seperti Iconec yang dikelola PLN dan Telkomsel. “Karena izinnya ke Cirebon atau ke Kuningan. Kita kepala desa tak berwenang menolak mereka.” Ujar Didi Asmadi.
Hal senada disampaikan oleh Direktur BUMDes Sirnabaya Mandirancan, Ade Sutarman, bahwa benar BUMDes yang dipimpinnya sudah memberikan kontribusi terhadap PADes Desa Mandirancan, Pada tahun 2023 sebesar Rp10 Juta, dan tahun 2024 Rp.8 Juta.
“Penurunan ini karena pada tahun 2024 lalu ada risiko seperti kerusakan kabel dan server, terutama pada musim hujan. Jaringan WiFi itu rawan disambar petir pada musim hujan, sehingga pengelola harus memperbaiki kembali,” ujar Ade Santos sapaan akrab Ade Sutarman.
Menurut Ade, BUMDes tidak hanya berorientasi pada bisnis, tapi ada unsur sosialnya. Dari 200 sambungan rumah ada diantaranya yang warga yang tidak mampu.
“Dalam hal ini, kita harus memberikan keringanan bagi warga yang tidak mampu. Hal ini sangat terasa ketika pandemi Covid-19, anak-anak harus belajar di rumah. Beruntung ada WiFi murah di rumah.” jelas Ade.
Ia pun mengungkapkan, di wilayahnya terjadi persaingan ketat dari pengelola WiFi dari BUMN, sehingga hal ini berdampak besar terhadap calon pelanggan baru. Bahkan ada pula pelanggan lama yang beralih, ke provider baru. “Ini tentu sangat merugikan, sementara WiFi mereka lebih cepat.” ungkapnya.
Kenaikkan biaya operasional juga namapak dengan perubahan siste, saat ini menerapkan OLT atau Optical Line Terminal, sebuah perangkat keras yang berfungsi sebagai titik akhir dalam jaringan optik pasif (PON) pada sisi penyedia layanan. OLT berperan penting dalam mengelola dan mendistribusikan sinyal optik ke berbagai perangkat ke pelanggan, seperti ONT (Optical Network Terminal).
Selain itu, pada tahun 2025 ini, BUMDes juga diberikan kepercayaan dari Pemdes untuk mengelola program ketahanan pangan (Ketapang). Untuk program ketahanan pangan difokuskan untuk mengelola sawah seluas 1 hektar, dan 5 unit kolah berukuran 120 meter persegi, termasuk 1 kolam kecil.
“Kita akan melaksanakan kepercayaan Pemdes Mandirancan y ang dilaksanakan secara bertahap, dibidang perikanan dan pertanian. Mudah-mudahan berhasil.” harap dia. (Tan)**
Leave a Reply