Oleh Arif Wajdi
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورٍ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَاشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِك عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينَ وَامَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله أَوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ. أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ
Segala puji bagi Allah, rabb semesta alam. dengan-Nya kita meminta pertolongan dalam segala urusan dunia dan akhirat. salawat dan salam tercurah untuk seorang utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya hingga kepada kita selaku ummatnya yang selalu mengikuti sunnahnya. amma ba’du.
Hadirin jama’ah jum’ah rohimakumullah
Kandungan isi Al-Qur’an bila dipelajari dan ditelaah berisi dua bagian besar ajaran, yaitu ajaran yang berhubungan dengan persoalan ibadah mahdhoh atau ibadah khusus dan ajaran yang berhubungan dengan ibadah social atau ibadah umum.
Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang langsung dilakukan secara individual antara manusia dengan allah swt melalui tata-cara, syarat dan prosedur atau kaifiyat tertentu. hubungan individual manusia dengan allah ini dalam Al-Qur’an disebut dengan hablun minallah.
Sementara ibadah sosial adalah ibadah yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan sosial. hubungan manusia dengan manusia lainnya ini yang kemudian dalam al-qur’an disebut dengan hablul minnannas. sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi ;
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Kehinaan ditimpakan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. mereka pasti mendapat murka dari Allah dan kesengsaraan ditimpakan kepada mereka. yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat allah dan membunuh para Nabi tanpa hak (alasan yang benar). yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.(QS. Ali Imron: 112).
Baca juga :
- Kongres Persatuan PWI Segera Digelar, Hendry-Zul Sepakati SC dan Peserta
- Jaga Tradisi Leluhur, Desa Bayuning Milangkala ke 397
- Kades Pakapasan Girang Sudarman Lantik Kaur Keuangan dan Kadus
Hadirin jama’ah jum’ah rohimakumullah
Di dalam islam semua aktivitas yang dilakukan manusia adalah perwujudan pengabdian kepada allah swt dan bernilai ibadah. namun demikian, interaksi antara manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan sosial di dalam islam dapat dinilai sebagai ibadah juga jika diniatkan semata-mata untuk pengabdian kepada Allah swt.
Realitas yang ada menunjukkan, kebanyakan manusia menganggap ibadah yang betul-betul dirasakan sebagai ibadah adalah yang dalam bentuk ibadah madhah khusus. Ibadah-ibadah ini seperti shalat, berpuasa, haji, membaca Al-Qur’an, berdzikir dan lain sebagainya, sehingga bagi sebagian besar orang ibadah ini mendapatkan perhatian dan porsi yang lebih penting.
Sementara ibadah sosial yang berhubungan dengan intereksi manusia dalam kehidupan sosial seperti menjalin hubungan yang baik dengan sesama, menolong orang yang kesusahan, membantu fakir miskin, menyantuni anak yatim, tanggap bencana, memberantas kebodohan dan keterbelakangan, masalah stunting dan lain-lain. Dinilai kurang penting atau seringkali kurang mendapatkan perhatian bila dibandingkan dengan ibadah mahdhah khassah.
Di dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang mengatur persoalan hukum fikih terutama dalam masalah ibadah mahdhah sebenarnya jumlahnya sesungguhnya tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan ayat-ayat yang membahas tentang persoalan sosial dan persoalan yang berkaitan dengannya. Para ulama seperti al-ghazali, ar-razi dan al-mawardi, menilai bahwa jumlah ayat hukum itu terbatas dalam jumlah ayat tertentu. berjumlah hanya ratusan ayat.
Selebihnya, dari kitab suci Al-Qur’an yang berjumlah 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat itu berbicara dan menjelaskan tentang persoalan-persoalan sosial, petunjuk-petunjuk dan kisah-kisah tentang umat masa lalu sebagai pelajaran bagi manusia.
Namun, bukan berarti permasalahan ibadah sosial itu lebih penting dan lebih berharga daripada ibadah individual hanya karena porsi jumlah ayatnya lebih besar, namun juga bukan berarti sebaliknya ibadah individual lebih penting dibandingkan dengan ibadah sosial.
Keduanya sama-sama penting dan harus mendapatkan perhatian dan pengamalan yang sama pentingnya. karena sama pentingnya tersebut maka tidak sepatutnya jika yang satu menafikan yang lain. pandangan yang menilai bahwa ibadah sosial dinilai kurang penting atau kurang mendapatkan perhatian yang memadai harus dikikis dan menempatkan keduanya pada posisi yang beriringan, seimbang dan saling mengisi.
Hadirin jama’ah jum’ah rohimakumullah
Betapa pentingnya peduli dengan persoalan sosial dan melakukan ibadah sosial ini sampai-sampai Rasul menyebut orang yang terlalu asik dengan ibadah mahdhah individual tetapi mengabaikan ibadah sosial disebut sebagai orang yang muflis (bangkrut).
Orang-orang yang bangkrut ini nanti akan ketahuan setelah melalui proses hisab amal ibadahnya ketika di akhirat. ternyata meskipun ia rajin shalat, puasa, haji dan sebagainya sewaktu hidup di dunia, namun karena kurang peduli dengan hubungan dan interaksinya dengan manusia lain atau tidak suka membantu dan peduli dengan sesama maka ia akhirnya dimasukkan ke dalam nereka.
Rasulullah saw kepada umatnya. sabda beliau:
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (hadits)
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim. seorang muslim lebih diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. ini adalah bagian dari implementasi konsep Islam yang penuh cinta, yaitu memberi.
Selain itu, manfaat kita memberikan manfaatkan kepada orang lain, semuanya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. sebagaimana firman Allah:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ…
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri …” (QS. Al-Isrâ 17: 7),
dan sabda Rasulullah saw:
… وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ
“… Dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya.” (HR. Bukhari)
Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
“Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca al-qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-nya. barangsiapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.” (HR. Muslim)
Hadirin jama’ah jum’ah rohimakumullah
Massifikasi dan diversifikasi ibadah dan dakwah sosial ini akan membuat masyarakat merasakan langsung konstribusi Agama bagi masyarakat luas dengan tanpa membedakan latar belakangnya. sekaligus akan menunjukkan secara langsung dan nyata kepada masyarakat arti dan makna Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Dengan demikian, ber-islam yang baik itu adalah mereka yang mengamalkan ajaran Islam yang kaffah dan utuh. Bukan mengamalkannya sebagian-sebagian atau parsial, karena ajaran Islam berisi tuntunan tentang aturan ibadah individual dan ibadah sosial, maka seorang muslim juga dituntut untuk menjadi shaleh secara individual dan juga shaleh secara sosial.
Bidang amal shaleh itu bukan hanya dengan menjalin hubungan secara individual vertikal kepada Allah swt semata, tetapi juga dengan menjalin hubungan secara horizontal kepada sesama manusia.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ،
إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sumber: Kanwil Kemenag Jawa Barat