Kuningan, MI.com – Peringatan Seren Taun pada 22 Rayagung tahun 1958 Saka Sunda (13/6/2025) di Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Kelurahan/Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, berlangsung sederhana, karena masih berkabung atas meninggalnya Pangeran Jati Kusumah.
Meski berlangsung sederhana tapi tidak mengurangi kekhidmatan dan makna dalam menjaga tradisi leluhur yang sarat nilai spiritual dan filosofi luhur bangsa ini.
Wakil Bupati Kuningan, Hj. Tuti Andriani, menyampaikan bahwa Seren Taun tahun ini tetap memiliki makna mendalam.
“Walau digelar sederhana, nilai luhur dari Seren Taun tetap menjadi pedoman kita menuju Indonesia Emas,” ujar Tuti Andriani diampingi didampingi Kabid Pemasaran Disporapar Ahmad Jazuli, Kabid Kebudayaan Dinas Dikbud Kuningan, Rio Permana Saputra, M.Pd, Camat Cigugur Yono Rahmansyah, S.STP, M.Si..
Baca juga :
- Putri Adara Krisna Siswi SDN 2 Kuningan Tampil di Kidz Biennale Galeri Nasional Indonesia 2025
- Hari Asyura: Momentum Refleksi Spiritual Penuh Keutamaan
- Sambut Tahun Baru Islam 1447 H, Pontren Darul Muta’alimin: Semaan dan Khataman Al-Qur’an
Menurut Wabup Tuti, dalam rangkaian kegiatan tengah dilaksanakan sejumlah ritual budaya, seperti Damar Sewu dan tarian Puraga Baya. Pagi harinya, juga digelar mesek pare dan siraman baleg kembang. “Dua ritual penting yang menggambrkan rasa syukur atas hasil bumi serta keharmonisan dengan alamnya,” imbuh Tuti kepada jelajahtv.
Sementara itu, Sesepuh Paseban, Abah Subrata, menjelaskan makna Damar Sewu sebagai simbol cahaya yang menerangi kehidupan manusia di alam marcapada. Ia juga menekankan bahwa rangkaian acara Seren Taun bukan sekadar seremoni, tetapi sarat filosofi hidup, ajaran leluhur, dan nilai-nilai kasih terhadap sesama serta alam.
“Dari seni budaya hingga kajian dan seminar, semuanya mengajarkan kita untuk kembali kepada akar budaya, hidup harmonis dengan alam, dan saling menyayangi sesama,” tambahnya.
Seren Taun merupakan wujud nyata pelestarian budaya lokal yang terus dijaga oleh masyarakat Sunda di Cigugur. “Tradisi ini bukan hanya memperkuat jati diri, tetapi juga menjadi salah satu pondasi penting dalam mewujudkan cita-cita besar Indonesia Emas 2045.” ujar Subrata. (tan)*
Leave a Reply