Cirebon, MI.com – Siapa pun tak boleh lagi melakukan aktivitas penambangan di Gunung Kuda. Izinnya sudah dicabut sejak Jumat (30/5/2025) setelah peristiwa longsor yang merenggut banyak nyawa.
Hingga Jumat malam (30/52025) pukul 19.00 WIB, 14 orang meninggal dunia. Dari jumlah itu, 13 ditemukan dari proses pencarian dan evakuasi, dan 1 orang meninggal di rumah sakit. Dan, diduga masih ada korban lain yang tertimbun bebatuan.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sudah menanggapi peristiwa ini. Pria yang akrab disapa KDM itu mengaku sudah mengetahui musibah longsor tersebut. Menurut KDM, area pertambangan di Gunung Kuda memang sangat berbahaya.
Hal itu diketahui karena ia pernah datang ke lokasi beberapa waktu lalu. “Saya pernah ke penambangan Galian C Gunung Kuda. Saya melihat sangat berbahaya. Tidak memenuhi unsur keamanan pegawainya,” kata KDM, Jumat (30/5/2025).
Namun, kala itu, KDM tidak bisa berbuat banyak. Sebab saat itu ia tak memiliki kewenangan apapun. “Waktu itu saya tidak punya kapasitas apapun untuk menghentikan. Saat ini, saya mendapatkan kabar duka, lebih dari 10 orang tertimbun longsor di tambang tersebut,” bebernya.
Untuk itu, KDM menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya. Warga yang menjadi korban, sedang bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya, meskipun berbahaya. “Selanjutnya dari aspek kebijakan, saya sudah memerintahkan Kepala ESDM untuk mengambil tindakan tegas. Perusahaan ditutup selamanya,” tegas KDM.
Sementara itu, izin operasional tambang di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, resmi dicabut Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Barat. Keputusan tegas ini diambil setelah insiden longsor kemarin. Hal tersebut dibenarkan Kadis ESDM Jabar Bambang Tirto Yuliono.
Kata Bambang, pihaknya sudah sejak lama memberikan peringatan kepada perusahaan-perusahaan atau pihak-pihak yang melakukan aktivitas penambangan di lokasi tersebut. “Kami sudah berulang kali memperingatkan, termasuk melalui inspektur tambang. Bahkan area itu sempat di-police line oleh kapolres sebelum kejadian,” ujar Bambang, Jumat (30/5/2025).
Baca juga :
- Muharam Bulan Kemulyaan dan Keberkahan, Dr Fenny Rahman: Perbanyak Istighfar-Tasbih-Sholawat- Shodaqoh
- Putri Adara Krisna Siswi SDN 2 Kuningan Tampil di Kidz Biennale Galeri Nasional Indonesia 2025
- Hari Asyura: Momentum Refleksi Spiritual Penuh Keutamaan
Menurut Bambang, kesalahan fatal dalam metode penambangan menjadi sorotan utama. Jenis batuan di Gunung Kuda seharusnya ditambang dengan sistem terasering dari atas bukan dari bawah seperti yang dilakukan selama ini. “Dengan kejadian ini (longsor pada Jumat 30 Mei 2025, red) perizinan langsung kami cabut. Tambang ditutup sementara hari ini, dan malam (tadi malam, red) ditutup permanen,” tegas Bambang kepada Jabar Ekspres (Radar Cirebon Group).
Terpisah, para wakil rakyat di DPRD Kabupaten Cirebon juga ikut geram dengan penambangan di Gunung Kuda. Seperti disampaikan oleh Ketua Komisi III DPRD Anton Maulana ST MM. Kata Anton, pihak perusahaan harus bertanggungjawab penuh atas kejadian ini.
Selain itu, kata Anton, pihaknya akan mengambil langkah tegas terhadap kegiatan tambang Galian C tersebut. Sebab, aktivitas pertambangan di Gunung Kuda sudah sangat meresahkan. “Peristiwa longsor di Gunung Kuda itu sudah sering terjadi. Bahkan sampai merenggut nyawa pekerja. Ini menunjukkan ada yang salah dalam sistem keselamatan kerja di sana,” tegas Anton, Jumat (30/5/2025).
Menurut Anton, aktivitas tambang Gunung Kuda memang harus dievaluasi secara menyeluruh. DPRD pun akan memanggil perwakilan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar dan pihak perusahaan tambang untuk dimintai klarifikasi.
“Ini harus dikaji ulang. Keselamatan pekerja tak bisa ditawar-tawar. Kami mendukung sikap Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang tegas bahwa pertambangan di Gunung Kuda ditutup. Saya sepakat kalau aktivitas tambang ini diberhentikan. Daripada terus makan korban jiwa, lebih baik ditutup. Kami di DPRD juga akan keluarkan rekomendasi resmi agar kegiatan tambang itu dihentikan,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Dr Sophi Zulfia SH MH mengatakan pihaknya mendukung langkah tegas Pemprov Jawa Barat. Ia menekankan pentingnya keselamatan masyarakat daripada aspek pemasukan daerah.
“Kami mendukung langkah tegas Pemprov Jawa Barat. Tidak boleh ada pembukaan kembali tambang sebelum ada SOP yang ketat dan menjamin keselamatan semua orang. Apalagi ini bukan kejadian pertama. Saya sangat prihatin. Jangan tunggu lebih banyak korban, saatnya pemerintah bersikap tegas,” tegas Sophi di lokasi kejadian.
Terjadi Saat Ada Aktivitas Penambangan
Peristiwa kemarin (30/5/2025) terjadi saat puluhan pekerja tambang sedang beraktivitas. Menurut Uci Sanusi, warga setempat, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 10.20 WIB. Adapun lokasi longsor berada di Blok Cilebak. Itu lokasi yang sama dengan peristiwa longsor sekitar Februari 2025 kemarin.
“Ini bukan longsoran dari atas, tapi longsoran sebelumnya yang longsor lagi,” kata Uci Sanusi kepada Radar Cirebon.
Menurut Uci, saat kejadian longsor berlangsung, di area tersebut terdapat puluhan orang yang sedang beraktivitas. Mereka yang berada di area tersebut, mayoritas pekerja tambang. Selain itu, ada juga sopir truk pengangkut tanah, operator alat berat, dan juga warga yang memang biasa beraktivitas di lokasi tambang tersebut. “Kebanyakan sih pekerja dan sopir yang berasal dari luar. Tapi ada jug yang warga sekitar,” katanya.
Sementara itu Koordinator Tim SAR Cirebon Syarief Prabowo mengatakan pihaknya menerima laporan longsor sekitar pukul 11.30 WIB. elain pekerja, kata dia, material longsor juga menimbun sejumlah alat berat dan kendaraan proyek. “Tim SAR Gabungan langsung dikerahkan begitu menerima laporan kejadian. Saat ini proses pencarian masih terus berlangsung,” katanya, sore kemarin.
Kapolresta Cirebon Kombes Pol Sumarni yang meninjau langsung TKP mengatakan korban luka-luka sementara jumlahnya 12 orang dan sudah dibawa ke rumah sakit. “Dua di antaranya telah diperbolehkan pulang,” katanya.
Mantan Kapolres Subang itu mengungkapkan bahwa pihaknya menduga masih ada delapan orang lain yang masih tertimbun longsoran. “Diperkirakan ada delapan lagi yang masih tertimbun. Namun kami masih terus melakukan klarifikasi dan evakuasi untuk korban lainnya,” katanya.
Untuk memudahkan proses identifikasi, kata Sumarni, pihaknya juga turut membuka posko pengaduan dan bantuan untuk keluarga korban. Sementara itu, pemilik tambang yang longsor tersebut saat ini tengah dimintai keterangan untuk proses penyelidikan lebih lanjut. Selain itu, pihaknya juga membuka kemungkinan adanya pelanggaran pidana terkait kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa dan kerusakan lingkungan.
“Pemilik tambang sedang kita lakukan penyelidikan dan sudah kita mintai keterangan. Sudah dibawa ke Mapolresta Cirebon,” tandasnya. (RadarCirebon.id)
Leave a Reply