Kuningan, MI.com — Korban serangan binatang buas, diduga macan dan anjing hutan di Kecamatan Hantara Kabupaten Kuningan, mencapai puluhan ekor domba. Korban domba diterkam binatang buas, terbanyak di Desa Tundagan mencapai 23 ekor.
Terbaru, dilansir bokorkuningan.com, pada hari Kamis (7/8/2025) terjadi di Blok Seuseupan RT 06 RW 03 Dusun Puhun Desa Hantara, sejumlah 4 ekor domba menjadi korban keganasan binatang buas. Sebelumnya, Rabu (6/8/2025), seekor kambing di Dusun Ciagi Desa Tundagan.
Kepala Dusun Puhun Desa Hantara, Muhamad Rizal Fauzi (32), membenarkan peristiwa tersebut. Menurut Rizal, sekitar pukul 2 sampai 3 pagi, Pak Sabdani alias Pak Ajid mendengar suara gaungan mirip suara anjing hutan.
“Meskipun saya ingat tentang maraknya serangan macan tutul di desa tetangga, saya tidak berani ke kandang malam itu,” ujarnya.
Baru keesokan pagi, saat memberi makan kambing, Pak Ajid menemukan empat ekor kambing peliharaannya sudah mati dengan luka parah bekas gigitan. Sementara kambing milik Pak Daswa di kandang sebelah mengalami luka serius namun masih hidup. “Biji kelaminnya terpisah dan tergeletak di tanah,” ungkap Rizal.
Baca juga :
- Update Bencana Angin Kencang di Kecamatan Ciawigebang 106 Rumah/Bangunan Rusak
- Update Bencana Angin Kencang di Kecamatan Ciawigebang: 67 Rumah dan Bangunan Rusak
- Suyudi Ario Seto Resmi jabat Kepala BNN Gantikan Marthinus Hukom
Ia meminta agar pemerintah segera memberikan perhatian atas serangkaian serangan dari binantang buas kepada ternak milik warga. “Kami berharap pemerintah juga memberikan bantuan bibit kambing agar usaha peternakan tetap berjalan,” harap dia.
Hingga saat ini, tercatat sebanyak 10 ekor kambing di Desa Hantara menjadi korban serangan binatang buas.
Kepala Desa Tundagan, Sanudi, S.Pd., yang ditemui terpisah, membenarkan adanya kejadian tersebut. Ia menyebut, sejak serangan pertama terjadi, pihak desa sudah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) serta dinas terkait guna mencari solusi atas ancaman ini.
“Kami sudah menyampaikan laporan resmi ke BKSDA. Salah satu solusi sementara yang kami lakukan adalah menyarankan warga untuk membuat pagar kandang dari kawat berduri, menaburkan kotoran singa sebagai penangkal, serta melakukan sosialisasi kepada warga,” jelas Sanudi.
Ia juga menyampaikan bahwa pihak desa telah mengajukan permohonan kompensasi kepada pemerintah untuk para peternak yang kehilangan hewan ternaknya akibat serangan satwa liar tersebut.
Kasi Kesejahteraan Desa Tundagan, Lukas Andriana, S.Hut menambahka, selain upaya perlindungan fisik, warga juga aktif berjaga malam untuk menghalau keberadaan macan tutul.
“Setiap malam beberapa warga menjaga kandang. Mereka membunyikan petasan lodong karbit untuk menakuti hewan buas tersebut,” tutur Lukas.
Lukas menambahkan, hingga berita ini diturunkan, sudah terdapat laporan sebanyak 23 ekor kambing milik warga yang mati akibat serangan macan tutul.
Bupati Kordinasi dengan BKSDA
Peristiwa ini mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Bupati Kuningan, Dr Dian Rachmat Yanuar M.Si mengungkapkan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk menangani masalah tersebut.
“Saya kemarin sudah berdiskusi dan menggelar rapat cepat dengan BKSDA. Langkah-langkah sudah dilakukan, termasuk membentuk satuan tugas khusus,” ujar Dian, Sabtu (9/8/2025) dilansir kuninganmass.com.
Dian menambahkan pihaknya telah menerima laporan terkait puluhan korban ternak yang mati akibat serangan hewan liar tersebut. Ia juga telah melakukan pendekatan secara komprehensif.
“Mudah-mudahan kita bisa alokasikan bantuan dari biaya tidak terduga untuk para peternak terdampak,” ucapnya. (Tan)**