Kuningan, MI.com – Era digital menghadirkan peluang sekaligus tantangan, terutama bagi generasi muda (remaja) yang sangat akrab dengan internet dan media sosial. Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kuningan menghimbau agar para remaja harus bijak dalam bermedsod dan digital wellbeing.
Hal itu disampaikan oleh Nana Suhendra, M.Pd dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kuningan saat membekali para siswa baru peserta Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMK Auto Matsuda, Desa Kutaraja, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Rabu (16/7/2025).
Materi diberikan bertajuk “Etika Bermedsos dan Pengelolaan Screen Time, Bijak di Dunia Maya, Sehat di Dunia Nyata.” Diikuti paras siswa baru yang mengikuti acara dengan antusias.
Baca juga :
- Jaga Tradisi Leluhur, Desa Bayuning Milangkala ke 397
- Kades Pakapasan Girang Sudarman Lantik Kaur Keuangan dan Kadus
- Resmikan 376 KMP, Bupati Kuningan: Koperasi harus jadi Pilar Ekonomi Kerakyatan
“Teknologi itu alat, kitalah pengendalinya. Jangan sampai justru kita yang dikendalikan,” ujar Nana mengingatkan siswa agar tidak larut dalam penggunaan gawai tanpa kontrol.
Menurut Nana, pada tahun 2025 jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 212 juta jiwa dari jumlah populasi 285 jiwa. Hal ini menunjukkan tingkat penetrasi internet sebesar 74,6 %. Sedangkan 143 juta di antaranya aktif di media sosial. platform populer seperti YouTube, Facebook, TikTok, Instagram, Linkedin, Messenger, X (Twitter) dan Snapchat.
“Etika bermedsos itu penting. Jangan asal unggah, jangan asal komentar. Kita harus bisa menjaga reputasi digital, tidak menyebarkan hoax, tidak membully, dan tetap menjaga privasi, jangan menyebarkan berita hoaks, hindari penyebaran SARA (Suku, Agama, dan RAS) Pornografi dan penyebaran aksi kekerasan,” jelasnya.
Selain etika digital, Nana menekankan pentingnya mengelola screen time atau waktu menatap layar lebih bijak dan produktif. Istilah “screen time” merujuk pada jumlah waktu yang dihabiskan seseorang untuk menggunakan perangkat elektronik yang memiliki layar tampilan. Perangkat, mulai dari Smartphone (Ponsel Pintar), Komputer atau Laptop, Televisi, Konsol Video Game (Playstation), dan Tablet
Menurut data We Are Social 2024, rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 5 jam 30 menit per hari di depan layar gawai (gadget). Jika tidak dikontrol, hal ini dapat memicu gangguan tidur, penurunan konsentrasi belajar, hingga masalah kesehatan mental – (Kemenkes 2023).
Sebagai solusi, siswa diajak mengenali fitur digital wellbeing yang mengatur batas penggunaan aplikasi, serta menerapkan zona bebas gawai di waktu-waktu penting. Kegiatan ini menjadi momen edukatif yang sangat relevan bagi peserta didik baru, mengingat tantangan di era digital tidak hanya soal teknologi, tetapi juga bagaimana menjadi manusia yang tetap sehat dan produktif tanpa kecanduan gawai.
“Harapan kami, siswa tidak hanya mahir secara teknis menggunakan teknologi, tapi juga beretika, produktif, dan tetap menjaga keseimbangan hidup di dunia nyata,” pungkas Nana.
Sesi berlangsung dua arah. Banyak siswa-siswi yang berinteraksi dan berbagi pengalaman digitalnya, membuat suasana jadi hidup dan terasa dekat. Bahkan beberapa siswa mengaku baru sadar bahwa kebiasaan digital mereka selama ini bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisik.
“Ternyata yang saya alami itu namanya digital fatigue. Baru tahu juga kalau bisa ngaruh ke suasana hati dan konsentrasi,” ungkap Siska salah satu siswa. (Tan)**